Rabu, 25 April 2012

PENDIDIKAN dan TEKNOLOGI

winda rizka 11-011

nita permata sari siregar 11-033 

PERSINGGUNGAN ANTARA TEKNOLOGI dan PENDIDIKAN


Teknologi itu ada karena hasil research dari para ahli. Para ahli bisa karena mereka belajar dari proses pendidikan sehingga pendidikan dan teknologi saling berkaitan. Walaupun tidak semua orang mengikuti perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan. Contohnya, pada suku Rimba mereka melakukan proses pendidikan tanpa menggunakan teknologi, mereka masih mengajar menggunakan pelepah pohon dengan alat tulis batu. Tetapi masyarakat di perkotaan pun sudah mengikuti itu semua dikarenakan lingkungan perkotaan pun sudah menyediakan fasilitas teknologi itu yang sangat berbanding terbalik dengan suku-suku pedalaman. Seperti yang dapat kita lihat diperkotaan, kita dapat dengan mudah menemukan warnet ( warung internet ) dengan biaya yang terjangkau sehingga semua kalangan masyarakat dapat menggunakannya dengan mudah. Hal ini mempermudah masyarakat maupun siswa-siswi dalam membantu mengerjakan tugas sekolah maupun mencari pengetahuan yang lebih banyak. Pendidikan di perkotaan pun sudah mengharuskan murid-murid dan guru-guru menggunakan teknologi. Contohnya, murid sudah mengirim tugasnya lewat email dan guru-guru sudah menggunakan proyektor untuk menerangkan pelajaran kepada murid-muridnya.


PERAN TEKNOLOGI di dalam KELAS

  • Pra taman kanak-kanak - Grade 2, pada grade ini anak-anak sudah mengenali perangkat komputer seperti mouse, keyboard, monitor. Dan anak-anak sudah bisa mengoperasikannya secara sederhana.
  • Grade 3- Grade 5, Dapat menggunakan sumber daya teknologi seperti kalkulator dan software pendidikan
  • Grade 6 - Grade 8, pada grade ini, mereka sudah dapat menggunakan internet untuk mengakses wabsite, dapat menerapkan sumber daya teknologi dan kebanyakan dari mereka sudah memilki alat telekomunikasi sendiri seperti handphone
  • Grade 9 - Grade 12, sudah dapat menggunakan informasi online untuk memenuhi kebutuhan riset, publikasi dan komunikasi.
PANDANGAN MAHASISWA yang MENDALAMI PSIKOLOGI PENDIDIKAN tentang UBIQUITOS COMPUTING

Menurut kami yang sedang mendalami psikologi pendidikan adalah bahwa ubiquitos computting itu memilki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yaitu murid-murid dapat melakukan tugas mereka dengan mudah karena ubiquitos computting itu dimanapun kita berada dapat di gunakan. Sementara dampak negatifnya yaitu kurang bagus bagi sosial mereka dan berefek bagi kesehatan tubuh mereka di karenakan apabila mereka berhadapan dengan monitor terus maka mereka tidak sempat untuk bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu, dampak apabila berlama-lama di depan monitor akan merusak mata mereka yang disebabkan oleh radiasi komputer tersebut.

1.     Dimana letak persinggungan antara teknologi dan pendidkan ?
Jawab : Psikologi pendidikan adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan adalah bidang yang sangat luas sehingga dibutuhkan satu buah bahasan tersendiri untuk menjelaskannya.
Teknologi pendidikan keberadaanya sudah cukup lama, yaitu di era pertengahan 1970-an. Namun sekarang masih banyak tenaga pendidik yang kurang begitu memahami apalagi menerapkannya dalam dunia pendidikan. Bahkan tidak dapat dipungkiri, masih banyak orang yang memiliki persepsi yang keliru terhadap disiplin ini. Mereka beranggapan bahwa teknologi pendidikan hanya mengenai televisi, computer atau penggantian peran guru oleh seperangkat teknologi di kelas. Tetapi dengan zaman yang sudah sangat canggih seperti saat ini dengan teknologi kita dapat dengan gampang mengetahui apa saja yang terjadi di seluruh dunia dengan adanya teknologi pendidikan akan lebih gampang menjalani pendidikannya Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar.
Menurut Lumsdaine (dalam Miarso 2009), ilmu perilaku merupakan ilmu yang utama dalam perkembangan teknologi pendidikan terutama ilmu tentang psikologi belajar, sedangkan menurut Deterline (dalam miarso 2009) berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan pengembangan ataupun aplikasi dari teknologi perilaku yang digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan perilaku tertentu dari pebelajar secara sitematis guna pencapaian ketuntasan hasil belajar itu sendiri. Sedangkan Harless (1968) menyebutnya dengan “front-end analysis”, sedangkan Mager dan Pape (1970) menyebutnya “performance problem analysis”. Dan Romizwoski (1986) mengistilahkan kegitan tersebut sebagai “performance technology”. Belajar berkaitan dengan perkembangan psikologis peserta didik, pengalaman yang perlu diperoleh, kemampuan yang harus dipelajari, cara atau teknik belajar, lingkungan yang perlu menciptakan kondisi yang kondusif, sarana dan fasilitas yang mendukung, dan berbagai faktor eksternal lainnya. Untuk itu, Malcolm Warren (1978) mengungkapkan bahwa diperlukan teknologi untuk mengelola secara efektif pengorganisasian berbagai sumber manusiawi. Romizowski (1986) menyebutnya dengan “Human resources management technology”. Penanganan berbagai pihak yang diperlukan dan memiliki perhatian terhadap pengembangan program belajar dan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memerlukan satu teknik tertentu yang dapat mengkoordinir dan mengakomodasikannya sesuai dengan potensi dan keahlian masing-masing.
Kajian ahli-ahli psikologi dan sosial psikologi dalam pendidikan berlangsung selama masa dan pasca perang dunia ke II, terutama menjadi fokus kajian di lingkungan pengajaran militer (Lange, 1969). Hasil kajiannya membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran, terutama dalam menetapkan tujuan pengajaran, memahami peserta didik, pemilihan metode mengajar, pemilihan sumber belajar, dan penilaian. Kemudian berkembang beberapa kajian yang berkaitan dengan hubungan antara media audiovisual dengan pembelajaran yang difokuskan pada persepsi peserta didik, penyajian pesan, dan pengembangan model pembelajaran. Studi masa itu kebanyakan diwarnai oleh aliran psikologi behavior, sebagai contoh operant behavioral conditioning yang ditemukan BF Skinner (1953). Teori belajar dan psikologi behavior ini mempengaruhi teknologi pendidikan pada masa itu dalam tiga hal, yaitu:
1.    Pengembangan dan penggunaan teaching machine dan program pembelajaran;
2.    Spesifikasi tujuan pendidikan ke arah behavioral objectives; dan
3.    Pencocokan konsep operant conditioning dengan konsep model komunikasi (Ely, 1963).
.
2.     Bagaimana pendidikan yang saat ini hubungan dengan teknologi di daerah kota medan ?
Jawab : perspektif tentang hubungan antara teknologi dengan pendidikan terutama di daerah kota medan ?? :Perspektif pertama adalah perspektif yang memandang bahwa teknologi adalah produk pendidikan. Perspektif ini berlaku di negara atau lembaga pendidikan yang budaya research & development-nya sudah sangat bagus. Memandang teknologi sebagai produk pendidikan memiliki dampak positif berupa tidak terikatnya pendidikan terhadap keterbatasan teknologi. Kita sering mendengar banyak yang mengeluh “Sekolah kami tidak memiliki fasilitas untuk itu”. Kalimat seperti ini tidak akan muncul, jika perspektif yang dimiliki adalah perspektif teknologi sebagai produk pendidikan.
Perspektif kedua,
adalah perspektif yang menganggap bahwa teknologi adalah akselerator pendidikan. Perspektif ini bisa benar, jika penguasaan tenaga didik terhadap pedagogik dan andragogik-nya juga sudah benar. Bagaimanapun juga, teknologi hanyalah alat bantu pendidikan. Apalagi jika kita berbicara tentang Teknologi Informasi, yang baru akan bisa punya “taring” jika Sistem Manajemen Informasi, termasuk Learning Content Management System (LCMS)-nya benar-benar tertata dengan rapi dan merupakan produk kerjasama antara para ahli pendidikan, ahli Knowledge Management dan para ahli teknologi IT. [Di Indonesia ada kesalahan persepsi, bahwa Teknologi Informasi untuk Pendidikan hanya kerjaan para ahli komputer].
Perspektif Ketiga
adalah perspektif yang paling banyak dimiliki oleh kalangan pendidik Indonesia, dan merupakan sebuah salah kaprah akut. Yakni memandang bahwa teknologi adalah Pendidikan. Seakan-akan papan tulis dan metode belajar tradisional tidak punya “tempat” lagi untuk mengembangkan peserta didik yang bermutu. Seakan-akan semuanya harus digantikan dengan komputer dan LCD Proyektor. Seakan-akan Perpustakaan harus dan wajib diganti dengan Internet. Perspektif ini memiliki dampak sangat fatal, yakni hadirnya generasi pendidik yang tidak kreatif, menyerah terhadap keterbatasan yang ada.
Milken Exchange on Education Technology, bagian dari Milken Family Foundation, Amerika Serikat, menuliskan bahwa untuk berhasilnya penerapan teknologi pendidikan di sebuah lembaga pendidikan, haruslah mampu menjawab tantangan-tantangan berikut ini :
  • Terpenuhinya standar yang tinggi sesuai dengan era teknologi yang ada saat ini
  • Mengadakan sebuah agenda penelitian nasional untuk mengetahui kejelasan penerapannya
  • Meningkatkan kapasitas sekolah lokal dan daerah untuk mengaplikasikan kondisi lingkungan pembelajaran tertentu (bagi penerapan teknologi yang dimaksud)
  • Mendokumentasikan dan melaporkan setiap hasil penerapannya (dan penelitian) di lapangan.
3.     Apa pendapat kalian tentang UBIQUITOS COMPUTING ??
Jawab : Menurut Kelompok kami ialah : Komputasi di mana-mana (Ubicomp) adalah model pasca-desktop interaksi manusia-komputer yang memproses informasi telah sepenuhnya terintegrasi ke dalam benda sehari-hari dan kegiatan. Dalam perjalanan aktivitas normal, seseorang "menggunakan" komputasi mana-mana melibatkan perangkat komputasi banyak dan sistem secara bersamaan, dan belum tentu bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukannya. Model ini biasanya dianggap sebagai kemajuan dari paradigma desktop. Secara lebih formal, komputasi di mana-mana didefinisikan sebagai  "mesin yang sesuai dengan lingkungan manusia bukan memaksa manusia untuk masuk mereka."

Paradigma ini juga digambarkan sebagai komputasi luas, kecerdasan ambient,  atau, baru-baru, everyware,  di mana setiap istilah menekankan aspek yang sedikit berbeda. Ketika terutama tentang obyek yang terlibat, juga komputasi fisik, Internet of Things, komputasi haptic,  dan sesuatu yang berpikir. Daripada mengajukan definisi yang tunggal untuk komputasi mana-mana dan untuk istilah-istilah terkait, sebuah taksonomi properti untuk komputasi mana-mana telah diusulkan, dari jenis-jenis yang berbeda atau citarasa sistem mana-mana dan aplikasi dapat dijelaskan.

Kamis, 12 April 2012

Jodoh yang Indah – Mario Teguh

Engkau yang cintanya tak berbalas,
kudengar senandung lirihmu …
Aku melihatmu berjalan dengan dia yang bukan aku,
bertaut jemari dalam senyum dan tawa kecil yang menyayat hatiku.
Aku berharap itu aku …,
yang bergetar hatinya karena sentuhan jemarimu yang anggun.
Ooh .. betapa aku berharap itu terjadi.
Aku melihatnya bergelayut manja dan bersender lembut ke tubuhmu yang damai dan wangi.
Aku berharap itu aku …,
yang luruh hatinya dalam syahdu karena menghirup udara beraroma kesurgaan yang mengitarimu.
Ooh … betapa aku berharap itu terjadi.
Aku melihatmu merapihkan rambutnya sambil membisikkan rencana keindahan penyatuan jiwamu dengannya.
Aku berharap itu aku …,
yang menggenang matanya dengan air mata haru, karena keindahan dari janji pernikahan yang jujur dan setia.
Ooh … betapa aku berharap itu terjadi.
Tuhanku Yang Maha Lembut,
Temukanlah aku dengan belahan jiwaku,
yang mengobati pedihnya cinta yang terabaikan ini,
yang mengisi palung kehidupanku yang dalam dan kosong karena kesendirian yang sunyi ini.
Aku berharap itu aku …,
yang berbahagia dalam pernikahan yang memanjakanku dalam kemesraan dan kesetiaan.
Wahai Yang Maha Cinta,
Ooh … betapa aku berharap itu terjadi.
Aamiin

Minggu, 08 April 2012

Psikologi Sekolah


kelompok 17

Winda Rizka (11-011)
Nita Permata Sari Siregar (11-033)
Mianty Shanen Efinrose (11-084)


Tugas Psiokologi Pendidikan Tentang Psikologi Sekolah 

            1.      Kedudukan psikologi sekolah dalam ilmu psikologi
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak. Psikologi sekolah fokus pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Psikologi sekolah juga mendalami anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi sekolah berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah.
         
2.            Perbedaan psikologi sekolah dengan psikologi pendidikan
Psikologi sekolah: Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.Pelaksanaan psikologi dalam hal diagnostik disekolah:
1.       Pelaksanaan tes
2.       Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
3.       Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
4.       Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan sub disiplin ilmu psikologi. Dalam banyak studi, secara singkat, psikologi pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang mengaplikasikan ilmu psikologi dalam dunia belajar dan guru.
Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
Psikologi pendidikan berminat pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Selain itu psikologi pendidikan juga mendalami sub-populasi yaitu anak-anak gifted dan yang dengan kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi pendidikan berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. 
Seorang psikolog pendidikan harus tahu dan memahami kondisi siswanya, memahami perbedaan individual, implikasi perbedaan fisikdan psikologik antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan peran dan harapan antar keduanya. Selain itu psikolog pendidikan perlu terlibat dalam perencanaan kurikulum dan prosedur mengajar-belajar yang didasari ilmu mengenai belajar dan perlu penelitian-penelitian untuk menguji evektifitas prosedur didalam situasi sekolah.
 Karena berkecimpung di ranah sekolah, istilah psikologi pendidikan dan psikologi sekolah sering dipertukarkan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Psikologi pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan belajar. Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis.
3. Fungsi Sekolah Sebagai agen perubahan
   Lembaga Pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Melalui praktik pendidikan, peserta didik diajak untuk memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat ditransformasi dalam zaman kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada di dalamnya. Dengan demikian, makna pengetahuan dan kebudayaan sering kali dipaksakan untuk dikombinasikan karena adanya pengaruh zaman terhadap pengetahuan jika ditransformasikan.
Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alenia 4). Melalui kegiatan pendidikans, gambaran tentang masyarakat yang ideal itu dituangkan dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses pembentukan dan perpindahan budaya. Pemikiran ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial (agen perubahan di masyarakat)
4.      Metode Yang Dapat Digunakan Dalam Sistem pengajaran di sekolah
            Psikologi humanistik, pembelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy learning), yang membuat siswa dipanggil untuk belajar (Darsono, 2001: 24-25)
Menurut teori Sibernetik (Budiningsih, 2005:80-81), belajar adalah pengolahan informasi.
Agar pembelajaran menyenangkan maka guru harus memilih metode yang tepat.
Definisi metodologi dan mengajar menurut Andrian dalam makalahnya berjudul Metode mengajar Berdasarkan Tipologi Siswa adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. 
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Pemilihan metode mengajar harus mempertimbangkan pengembangan kemampuan siswa yang lebih kreatif inovatif dan dikondisikan pada pembelajaran yang bersifat problematis. Pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan belajar secara kelompok. 
Metode mengajar memiliki fungsi sentral dalam pembelajaran diantaranya yaitu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. 
Tujuan pembelajaran yang harus dikembangkan berdasarkan ranah tujuan kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah tujuan tersebut akan memungkinkan dicapai pada tujuan yang bersifat umum. 
Setiap pemilihan metode mengajar harus didasarkan pada hasil kajian antara perilaku yang diharapkan dengan cara yang akan ditempuh dalam pembe-lajaran.
METODE CERAMAH

METODE TANYA-JAWAB
Metode tanya-jawab digunakan dengan maksud :
• Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu
• Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
• Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa.

METODE DISKUSI
Metode diskusi adalah cara penyampaian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. 

METODE KERJA KELOMPOK
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu. 

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
Antara metode demonstrasi dan eksperimen sebenarnya berbeda, akan tetapi dalam praktek sering dipergunakan silih berganti atau saling melengkapi.

METODE SOSIODRAMA DAN BERMAIN PERANAN
Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. 
5.      Permasalahan Yang terjadi di sekolah dan solusi pemecahan masalah
1.               Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
2.       Perilaku menyimpang (behaviour disorder). Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3.       Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuaiyangdilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikansesuatutanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).
  Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder). Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perilaku anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
  Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.
Siswa-siswi SLTP/SLTA adalah siswa-siswi yang berada dalam golongan usia remaja, usia mencari identitas dan eksistensi diri dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses pencarian identitas itu, peran aktif dari ketiga lembaga pendidikan akan banyak membantu melancarkan pencapaian kepribadian yang dewasa bagi para remaja. Ada beberapa hal kunci yang bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan.
Pertama, memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog untuk menyiapkan jalan bagi tindakan bersama.
Sikap mau berdialog antara orangtua, pendidik di sekolah, dan masyarakat dengan remaja pada umumnya adalah kesempatan yang diinginkan para remaja. Dalam hati sanubari para remaja tersimpan kebutuhan akan nasihat, pengalaman, dan kekuatan atau dorongan dari orang tua. Tetapi sering kerinduan itu menjadi macet bila melihat realitas mereka dalam keluarga, di sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat yang tidak memungkinkan karena antara lain begitu otoriter dan begitu bersikap monologis. Menyadari kekurangan ini, lembaga-lembaga pendidikan perlu membuka kesempatan untuk mengadakan dialog dengan para remaja, kaum muda dan anak-anak, entah dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Kedua, menjalin pergaulan yang tulus.
Dewasa ini jumlah orang tua yang bertindak otoriter terhadap anak-anak mereka sudah jauh berkurang. Namun muncul kecenderungan yang sebaliknya, yaitu sikap memanjakan anak secara berlebihan. Banyak orang tua yang tidak berani mengatakan tidak terhadap anak-anak mereka supaya tidak dicap sebagai orangtua yang tidak mempercayai anak-anaknya, untuk tidak dianggap sebagai orangtua kolot, konservatif dan ketinggalan jaman.
Ketiga, memberikan pendampingan, perhatian dan cinta sejati.
Ada begitu banyak orangtua yang mengira bahwa mereka telah mencintai anak-anaknya. Sayang sekali bahwa egoisme mereka sendiri menghalang-halangi kemampuan mereka untuk mencintaianak secara sempurna. “Saya telah memberikan segala-galanya”, itulah keluhan seorang ibu yang merasa kecewa karena anak-anaknya yang ugal-ugalan di sekolah dan di masyarakat. Anak saya anak yang tidak tahu berterima kasih, katanya.
Yang perlu dipahami bahwa setiap individu memerlukan rasa aman dan merasakan dirinya dicintai. Sejak lahir satu kebutuhan pokok yang yang pertama-tama dirasakan manusia adalah kebutuhan akan “kasih sayang” yang dalam masa perkembangan selanjutnya di usia remaja, kasih sayang, rasa aman, dan perasaan dicintai sangat dibutuhkan oleh para remaja. Dengan usaha-usaha dan perlakuan-perlakuan yang memberikan perhatian, cinta yang tulus, dan sikap mau berdialog, maka para remaja akan mendapatkan rasa aman, serta memiliki keberanian untuk terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya.
Lewat kondisi dan suasana hidup dalam keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan masyarakat seperti di atas itulah para remaja akan merasa terdampingi dan mengalami perkembangan kepribadian yang optimal dan tidak terkungkung dalam perasaan dan tekanan-tekanan batin yang mencekam. Dengan begitu gaya hidup yang mereka tampilkan benar-benar merupakan proses untuk menemukan identitas diri mereka sendiri yang sebenarnya.

6.      Fungsi, Peran, Dan perlunya Psikologi sekolah Ialah
Fungsi Psikologi Sekolah ialah
                    Fungsi psikologi sekolah  adalah membantu sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan mental yang dihadapi anak didik. Pelaksaan fungsi ini dilengkapi dengan sarana teknologi dan pendekatan psikologik yang lebih maju. Bahkan, psikolog sekolah juga dapat bertugas sebagai interpreter masyarakat untuk memahami sekolah dan sebagai interpreter sekolah untukk memahami hal-hal yang terjadi bila seorang anak didik terlibat urusan dengan lembaga masyarakat di luar sekolah.
Psikolog sekolah menggunakan sekolah sebagai sarana menjalankan tugas dan sebagai media terapeutik. Bantuan tidak langsung lewat lingkungan sekolah berupa konsultasi kepada guru, administrator maupun orangtua, mengenai pendekatan cara mengejar-belajar dan cara memberi perlakuan terhadap siswa yang bermasalah.
Psikolog sekolah tidak hanya melakukan intervensi langsung kepada siswa, orangtua dan guru. Psikolog sekolah juga terlibat dalam tindakan-tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program dan pelayanan sekolah. Jadi, fungsi psikolog sekolah mencakup tiga tingkat:
1.      Tingkat psikodiagnostik
2.      Tingkat klinis dan konseling
3.      Tingkat industri dan organisasi
Peran Psikologi Sekolah
Dunia belajar mengajar (dunia pendidikan) merupakan salah satu lahan dari psikologi secara umum. Psikologi pendidikan berperan penting dalam peningkatan mutu siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi kedalam dunia pendidikan. Psikologi dengan objek manusia (tingkah laku), sedangkan pendidikan berorientasi pada perubahan perilaku siswa, cocok untuk dipadukan dengan harapan mendapatkan perilaku siswa yang diinginkan.Pelaksanaan psikologi dalam hal diagnostik disekolah:
1.        Pelaksanaan tes
2.        Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
3.        Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
4.        Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Psikologi dibutuhkan disekolah sebagai pembina atau pelaksana tes untuk mengidentifikasi dan menggolongkan anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus. Dengan berkembangnya teknologi psikometri dan makin disadarinya kebutuhan sekolah akan pelayanan psikometri tersebut.
Psikolog sekolah menerima referal langsung dari guru, orangtua, staf tata usaha, dan lembaga masyarakat di lingkungannya. Psikolog sekolah melaksanakan pengukuran menggunakan batera-baterai tes lengkap, untuk mengungkap faktor-faktor kognitif, afektif maupun konatif. Psikolog sekolah juga mengungkap informasi pengaruh-pengaruh kehidupan keluarga dan sekolah yang erat kaitannya dengan masalah yang dihadapi anak didik. Ia mempersiapkan laporan rinci gambaran anak didik yang ditangani, biasanya dengan rekomendasi yang rinci dan spesisfik untuk tindakan-tindakan lanjutan. Seringkali psikolog mengkonsultasikan hasil pengungkapannya dengan guru atau orangtua untuk membuat interpretasi. Dalam keadaan gawat ia juga memahami menggunakan hasil diagnosa yang dilakukannya.
Perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat menyeluruh. 
Perlunya Psikologi sekolah :
            Psikologi Sekolah  adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan Sekolah . Psikologi sekolah  berminat pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional dan perkembangan moral  serta hubungan orang tua dan anak. Psikologi sekolah  berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan di sekolah . Psikolog sekolah biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat secara langsung bekerja dengan anak (seperti memeriksa perkembangan dan memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan prifesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikologi Sekolah  harus familiar dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku , humanistik, kognitif dan psikoanalitik. Psikologi sekolahjuga harus mengikuti perkembangan mendadak dari area manajemen kelas dan desain instruksional, pengukuran dan penggunaan gaya dan strategi belajar, penelitian dalam metakognitif, peningkatan aplikasi pendidikan jarak jauh dan perluasan dari pengembangan dan aplikasi teknologi untuk tujuan instruksional.
7.      Hal-hal yang diberikan dalam kaitannya dalam layanan psikologi sekolah
 
 Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu pesertadidik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakatdan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinyasecara realistik.Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didikdalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosialyang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungansosial yang lebih luas.Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu pesertadidik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikansekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalammemahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri danlingkungannya.Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah ataumenghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambatperkembangan dirinya.Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yangdialaminya.Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didikmemelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yangdimilikinya.Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hakdan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.
8.      Perbedaan Antara Psikologi sekolah, psikologi Pendidikan, Dan Guru BK
Psikologi sekolah Ialah
                    Cabang Dari psikologi pendidikan yg berusaha menciptakan situasi yg mendukung bagi anak didik di sekolah dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
Psikologi Pendidikan ialah
               Psikologi pendidkan ialah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi Pendidikan  berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti berbakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat .
Menurut Muhibin Syah (2002 adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut  ensiklopedia amerika, psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan .

Pengertian Psikologi Pendidikan

Sedangkan menurut  WitheringtonPengertian Psikologi pendidikan  adalah  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Guru BK Ialah
Guru Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling merupakan pelayanan bantuan pada peserta didik dalam hal ini adalah siswa , agar siswa mampu mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta mampu menerimanya secara positif . dan agar siswa mampu mengenal lingkunagn baik lingkunagn social dan lingkungan fisik agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Demikian juga agar siswa mampu merencanakan masa depan karir nya sesuai dengan keinginannya.
Sumber :
http://episentrum.com/search/pentingnya-psikologi-di-sekolah-sd.html

Selasa, 03 April 2012

pentingnya pendidikan bagi anak usia dini

ini tugas dari kelompok 17

 

Nita Permata sari siregar   11-033

Winda Rizka         11-011

Cyntia Marilyn Sitompul   11-070


 

PENTINGNYA SOSIAL PADA  ANAK USIA DINI

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social anak usia dini. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Secara potensial (fitrah) menurut Plato, manusia dilahirkan sebagi mahluk sosial (zoon politicon). Namun untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia-manusia lain.
Perkembangan perilaku sosial anak ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri dirumah atau dengan saudara-saudara kandung atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota-anggota keluarga. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.
Dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolah raga, dan dapat memberikan kegembiraan. Sejak anak masuk sekolah sampai masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima kelompok menjadi semakin kuat. Hal ini berlaku baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan.
a. Sosialisasi pada masa awal masa kanak-kanak
Menurut Hurlock, E.B. “salah satu tugas perkembangan masa awal kanak-kanak yang penting adalah memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk menjadi anggota kelompok dalam akhir masa kanak-kanak”. Jadi dalam masa kanak-kanak disebut sebagi masa prakelompok. Dasar untuk sosialisasi diletakan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ketahun. Anak tidak hanya lebih banyak bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak berbicara.
Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya. Kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-kadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas.
Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya terjadi pada masa ini adalah bahwa anak lebih menyukai kontak sosial sejenis daripada hubungan sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.

Antara usia dua dan tiga tahun, anak menunjukan minat yang nyata untuk melihat anak-anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Ini dikenal dengan bermain sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri, tidak bermain dengan anak-anak lain. Kalaupun terjadi kontak, maka kontak ini cenderung bersifat perkelahian, bukan kerja sama. Bermain sejajar merupakan bentuk sosial yang pertama-tama dilakukan dengan teman-teman sebaya.
Perkembangan selanjutnya adalah bermain asosiatif, di mana anak terlibat dalam kegiatan yang menyerupai kegiatan anak-anak lain. Dengan meningkatnya kontak sosial , anak terlibat dalam bermain kooperatif, dimana ia menjadi anggota kelompok dan saling berinteraksi.
 
Sebagian anak sudah mulai bermain dengan anak lain, ia masih sering berperan sebagi penonton, mengamati anak lain bermain tetapi tidak berusaha benar-benar bermain dengannya. Dari pengalaman mengamati ini, anak muda belia belajar bagaimana anak lain mengadakan kontak sosial dan bagaimana perilakunya dalam berbagai situasi sosial.
Kalau pada masa anak berusia empat tahun telah mempunyai pengalaman sosialisasi pendahuluan, biasanya ia mengerti dasar-dasar permainan kelompok, sadar akan pendapat orang lain dan berusaha mendapatkan perhatian dengan cara berlagak menonjolkan diri. Dalam tahun-tahun selanjutnya ia memperhalus perilaku baru yang dapat diterima oleh kelompok teman-temannya.

Bentuk perilaku sosial yang berhasil tampak untuk penyesuaian sosial yang berhasil tampak dan mulai berkembang dalam periode ini. Dalam tahun-tahun pertama masa kanak-kanak bentuk penyesuaian ini belum sedemikian berkembang sehungga belum begitu memungkinkan anak selalu untuk berhasil dalam bergaul dengan teman-temannya. Namun periode ini merupakan tahap perkembangan yang yang kritis karena pada masa inilah dasar sikap sosial dan pola perilaku sosial dibentuk. Dalam penelitian longitudinal terhadap sejumlah anak, Wadrop halperson dalam psikologi perkembangan Hurlock, melaporkan bahwa anak yang pada masa usia 2,5 tahun bersikap ramah dan aktif secara sosial akan terus bersikap seperti itu sampai usia 7,5 tahun. mereka menyimpulkan bahwa “sikap sosial pada masa 7,5 tahun diramalkan oleh sikap sosial pada 2,5 tahun”.


Secepat individu menyadari bahwa diluar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogyanya ia perbuat seperti yang diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi mahluk sosial ini disebut sosialisasi.
Anak dilahirkan belum bersifat sosial. Dalam arti, dia belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya ataupun orang dewasa lainnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi.
Suean Robinson Ambron (1981) mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab.
Sosialisasi dari orang tua ini sangatlah penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan.
 
Melalui pergaulan anak atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa, dan teman sebaya lainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Pada masa anak menurut Syamsu Yusuf, bentuk-bentuk prilaku sosial itu adalah sebagai berikut :
a) Pembangkangan (negativisme), yaitu bentuk tingkah laku melawan.
b) Agresi (Agresion), yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
c) Berselisih atau bertengkar (quarelling), terjadi apabila anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain.
d) Menggoda (teasing), yaitu sebagai bentuk lain dari agresif.
e) Persaingan (rivally)

Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh, perasaan-perasaan tertentu, seperti rasa senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, atau sedih dan gembira. Beberapa perasaan lainnya adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa benci.
Goleman (1997) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti hubungan social yang baik. Apabila seseorangdapat menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya. Goleman lebih lanjut mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosikonal tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Selanjutnya, Howes dan Herald (1999) mengatakan, pada intinya, kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
Dari beberapa pendapat diatas, dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menggapainya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kegiatan pembelajaran, kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari: kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri), kecakapan social ( menangani suatu hubungan), dan keterampilan social (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
KESIMPULAN
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.Perkembangan sosial individu dimulai sejak anak usia 18 bulan. Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi perkembangan sosial anak, semakin bagus tata cara keluarga, maka perkembangan sosial anak juga semakin bagus.
Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang mempunyai daya intelegensi yang tinggi, perkembangan sosial yang baik pada umumnya memiliki kepribadian yang baik.
Pentingnya Emosional pada  Anak Usia Dini
Sigmund Freud dalam studi tentang kepribadian mengisyaratkan pentingnya pembentukan struktur kepribadian pada beberapa tahun pertaa kehidupan. Memahami gejala emosi anak mendorong berbagai kalangan untuk mengapresiasi kompleksitas kepribadian anak usia-dini dan nilai ilmiah serta praktis tentang kepribadian individu.
Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah “An emotion, is a affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and psychological stired up states in the individual, and that shows it self in his evert behavior.” Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan fisik seseorang, seperti:
a. reaksi elektris pada kulit meningkat bila terpesona;
b. peredaran darah bertambah cepat bila marah;
c. denyut jantung bertambah cepat bila terkejut;
d. bernapas panjang kalau kecewa;
e. pupil mata membesar bila marah;
f. air liur mongering bila takut atau tegang;
g. bulu roma berdiri bila takut;
h. pencernaan menjadi sakit atau mencret-mencret kalau tegang;
i. otot menjadi tegang atau bergetar (tremor);
j. komposisi darah berubah dan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
(Fatimah, 2006:105).
Menurut Nurihsan (2007) Emosi itu dapat didefinisikan sebagi suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a stird up state) yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya prilaku. Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya selalu melibatkan tiga variable, yaitu : rangsanganm yang menimbulkan emosi (the stimulus variable), perubahan-perubahan fisikologis yang terjadi bila mengalkami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman emosional itu. (the response variable). Ayang mungkin dapat dirubah dan dipengaruhi atau diperbaiki (oleh para pendidik atau guru) adalah variable pertama dan ketiga (the stimulus-response variables) sedangkan variablekedua tidak mungkin karena merupakan proses fisiologis yang terjadi pada organisme secara mekanis.
Menurut Nurihsan (2007) ada dua dimensi emosional yang sangat penting diketahui para pendidik, terutama para guru, ialah:
 
1. senang tidak senang (pleasant-unpleasent), atau suka tidak suka (like-dislike);
2. intensitas dalam term kuat-lemah (strength-weakness) atau halus kasarnya atau dalam dangkalnya emosi tersebut.
 
Hal-hal itu penting karena dapat memberikan motivasi pengarahan dan integritas perilaku seseorang, di samping pula akan merupakan hambatan-hambatan yang bersifat fatal.
Nurihsan mengutip pendapat Bridges (2007;154) menjelaskan proses perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak sebagai berikut :
a. Pada saat dilahirkan setiap bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap rangsangan-rangsangan tertentu (bunyi, cahaya temperature).
b. Dalam periode 3 bulan pertama ketidaksenangan dan kegembiraan mulai didefinisikan melalui penularan) dari emosi orang tuanya.
c. Dalam masa 3-6 bulan pertama ketidaksenangan itu berdiferensiasi ke dalam kemarahan, kebencian, dan ketakutan.
d. Sedangkan pada masa 9-12 bulan pertama kegembiraan berdiferensiasi kedalam kegairahan dan kasih saying.
e. Pada usia 18 bulan pertama kecemburuan mulai dideferensiasikan dari ketidaksenangan tadi.
f. Pada usia 2 tahun kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan.
g. Mulai usia 5 tahun, ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa malu, cemas, dan kecewa; sedangkan kesenangan berdiferensiasi ke dalam harapan dan kasih saying.
 
Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya dimensi-dimensi tersebut di-reinforcement secara conditioning melalui proses belajar. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau terdapat siswa-siswa yang membenci atau menyenangi guru atau bidang studi tertentu, bergantung pada kemampuan guru untuk menyelenggarakan conditioning dan reinforcement asfek-asfek emosional tersebut.

Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan menghapal mempengaruhi reksi emosional. Dengan demikian, anak menjadi rektif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan anak. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain sebagai berikut.
a. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa anak-anak sekolah.
 
Pada masa balita yaitu sekitar anak usia 1-5 tahun anak-anak melakukan kegiatan yang bias mengekspresikan emosinya dengan coba-coba sesuai dengan insting dan nuraninya. Seorang bayi apabila diberikan mainan di depan mukanya dia akan tersenyum bahkan mulai tertawa dengan suara khasnya, dan terkadang apabila benda mainan itu dijauhkan atau yang mengasuhnya menjauhkannya maka sang anak menangis sebagai ekspresi dari kekecewaannya, kemarahannya, dann keinginannya untuk melihat benda tersebut.
Anak yang sudah mulai bisa bergerak merangkak dia akan mengekspresikan emosinya apabila dia sedang mencoba berbalik untuk tengkurap. Anak akan mencoba terus-menerus membalikan tubuhnya, dan ketika dia tidak mampu untuk membalikan tubuhnya biasanya dia menangis untuk mengekspresikan keinginannya untuk diberi bantuan.
Sedangkan pada anak yang sudah mulai belajar berjalan dan berbicara yaitu sekitar umur 1,5 tahun lebih, dia sudah bisa mengekspresikan emosi dirinya dengan lebih terarah sesuai dengan situasi yang ada disekitarnya.
b. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
Ketika seorang anak melihat anak diatasnya main sepeda, dia akan mengekpresikan keinginannya dengan mencoba meminjam atau mengadu kepada orang tuanya untuk membelinya.
Pada anak sudah mulai sekolah dia akan lebih kelihatan dalam menampakan ekspresi emosionalnya pada rekan yang baru dia kenal disekolah dan guru yang ada disekolah tersebut. Makanya cara pengajaran yang efektif bagi pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar adalah dengan cara memberikan contoh, apalagi pada kegiatan etika seperti membiasakan anak untuk sun tangan pada guru dan orang tuanya. Dia akan meniru orang tua, guru, kaka kelas disekolah dan teman-temannya. Ketika orang tuanya sedikit-sedikit marah ketika ada masalah, atau gurunya juga sering menegur dengan marah-marah, kak kelasnya juga seing mengejek dan mencaci juga memarahi dia juga teman-temannya, maka anak akan meniru cara-cara seperti itu untuk mengekspresikan emosinya pada orang lain.
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d. Belajar melalui pengondisian
Dengan metode ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi. Pengondisian terjadi dengan mudah cdan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kjurang mampu menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
e. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
Anak memperhalus ekspresi kemarahannya atau ekspresi lain ketika ia beranjak ke masa remaja. Peralihan pernyataan emosi yang bersifat umum ke emosinya sendiri yang bersifat individual ini akan memperhalus perasaan merupakan petunjuk adanya pengaruh yang bertahap dari latihan serta pengendalian terhadap perilaku emosional.

Pembentukan Prilaku Afektif dan Kepribadian
a. Pengaruh Emosional terhadap Kesehatan
“Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Selogan ini menjadi alasan pada pembahasan ini, sebab pendidikan tidak berjalan lancar apabila tubuh pelaku pendidikan tidak sehat.
 
Perasaan takut atau marah dapat menyebabkan seseorang menjadi gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, jantung berdetak cepat, aliran darah/tekanan darah deras sehingga system pencernaan terganggu. Cairan pencernaan atau getah lambung terpengaruh oleh gangguan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu mencerna, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat atau menggangu pencernaan.
Diantra rangsangan yang meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari getah lambung adalah ketakutan-ketakutan yang akut atau kronis. Kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan kehawatiran menyebabkan menurunya kegiatan system pencernaan dan kadang-kadang menimbulkan sembelit. Satu-satunya cara penyembuhan yang efektif adalah menghilangkan penyebab ketegangan emosi. Radang pada lambung tidak busa disembuhkan, demikian pula diare dan sembelit, jika factor-faktor yang menyebabkan munculnya emosi tidak dihilangkan.
Gangguan emosi juga dapat menyebabkan kesulitan berbicara. Ketergantungan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seseorang yang agagap sering dapat normal berbicara jika dalam keadaan relaks atau senang. Namun, jika dia dihadapkan pada situasi-situasi yang menyebabkan kebingungan maka akan menunjukan kegagapannya.

Perilaku ketakutan, malu-malu atau agresif dapat disebabkan ketegangan emosi atau frustasi. Karena reaksi kita berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai maka timbul emosi tertentu. Seorang siswa bisa saja tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, tetapi karena sesuatu yang terjadi pada situasi belajar dikelas. Jika ia merasa malu karena gagal dalam menjawab soal tes lisan, pada kesempatan lain, ia mungkin menjadi takut ketika menghabisi tes tertulis. Akibatnya, ia memutuskan membolos, atau mungkin melakukan kegiatan yang lebih buruk lagi, yaitu melarikan diri dari orang tua, guru, atau dari otoritas lain.
Dengan demikian, gangguan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar seseorang. Seorang anak disekolah akan belajar lebih giat dan efektif bila ada motivasi. Selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk menguasai bahan yang dipelajari. Rasa senang karena berhasil mencapai prestasi akan mengurangi rasa takut dan kelelahan. Karena reksi setiapsiswa tidak sama, rangsangan untuk belajar yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi emosional anak. Rangsangan-rangsangan perasaan tidak menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar dan sebaliknya rangsangan yang menghasilkan perasaan menyenangkan akan mempermudah dan meningkatkan motivasi belajar.
Nurihsan (2007:155) berpendapat dimensi-dimensi emosional dapat diidentifikasikan pengaruh dan manifestasinya kedalam berbagai kecenderungan bentuk perilaku seperti sikap-sikapnya untuk menolak-menerima, mendekati-menjauhi, berbuat atau tidak berbuat (diam), menghargai-tidak menghargai, mempercayai-tidak mempercayai, bahkan lebih dalam lagi meyakini-tidak meyakini terhadap objek-objek (termasuk dirinya) baik nyang bersifat material maupun non material atau manusiawi dan non-manusiawi.
Goleman (1995) mengungkapkan lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam belajar-mengajar ataupun kegiatan lainnya.
a. Mengendalikan emosi diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosikonal. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar terungkap dengan tepat.Hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersiggungan dan bangkit kembali dengan cepat. Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal yang negatif yang merugikan dirinya sendiri.
c. Memotivasi diri
Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal berikut:
a. cara mengendalikan dorongan hati;
b. derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang;
c. kekuatan berpikir positif;
d. optimisme;
e. keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah kepada apa yang sedang terjadi, pekerjaannya, hanya terpokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri, seseorang cenderung memilikipandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.
d. Mengenali emosi orang lain
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mampu menhyesuaikan diri dengan emosinya sendiri, ia tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain.
Seni dalam menjaga hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan social yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.


Pentingnya Kognitif oleh anak Usia dini
pada aspek kognitif  perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima , mengelola, dan memahami informasi informasi yang sampai kepadanya . kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa maupun berbahasa lisan dan isyarat, memahami kata dan berbicara.



Pentingnya Fisik oleh anak usia dini

Perkembangan Fisik Anak Usia Dini

Sebagai seorang anak dewasa, orang tua menantikan tonggak penting seperti belajar bagaimana untuk berguling dan merangkak. Masing-masing merupakan bagian dari proses perkembangan fisik. Proses pematangan terjadi secara teratur, yaitu kemampuan keterampilan tertentu dan umumnya terjadi sebelum mencapai tonggak lainnya.
Sebagai contoh, kebanyakan bayi belajar merangkak sebelum mereka belajar berjalan. Namun, juga penting untuk menyadari bahwa tingkat di mana tonggak ini dicapai dapat bervariasi. Beberapa anak belajar berjalan lebih cepat dari teman sebaya mereka yang sama-usia, sementara yang lain mungkin diperlukan waktu sedikit lebih lama.

Tahapan Perkembangan Fisik Anak Usia Dini

Pengembangan Keterampilan

Sebagai seorang anak tumbuh, sistem saraf-nya menjadi lebih matang. Karena ini terjadi, anak menjadi lebih dan lebih mampu melakukan tindakan yang semakin kompleks. Tingkat di mana keterampilan motorik muncul kadang-kadang merupakan kekhawatiran bagi orang tua. Pengasuh sering khawatir tentang apakah anak-anak mereka mengembangkan keterampilan-keterampilan pada tingkat normal. Sebagaimana disebutkan di atas, harga mungkin agak berbeda. Namun, hampir semua anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan motorik ini pada tingkat yang cukup konsisten kecuali beberapa jenis kecacatan hadir.
Ada dua jenis keterampilan motorik:
  • Bruto (atau besar) keterampilan motorik melibatkan otot-otot yang lebih besar termasuk lengan dan kaki. Tindakan yang membutuhkan keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, berlari, keseimbangan dan koordinasi.  Ketika mengevaluasi keterampilan motorik kasar, faktor-faktor yang termasuk ahli melihat kekuatan, otot, kualitas gerakan dan berbagai gerakan.
  • Fine (atau kecil) keterampilan motorik melibatkan otot kecil di jari, jari kaki, mata dan daerah lainnya. Tindakan yang memerlukan keterampilan motorik halus cenderung lebih rumit, seperti menggambar, menulis, memegang benda, melempar, melambai dan penangkapan.

Pertumbuhan Fisik

Perkembangan fisik pada anak-anak mengikuti pola yang terarah:
  • Otot besar berkembang sebelum otot kecil tangan. Otot tubuh dalam inti, kaki dan tangan berkembang sebelum mereka di jari dan. Anak-anak belajar bagaimana melakukan bruto (atau besar) keterampilan motorik seperti berjalan sebelum mereka belajar untuk melakukan denda (atau kecil) keterampilan motorik seperti menggambar.
  • Pusat tubuh berkembang sebelum daerah luar. Otot terletak di inti tubuh menjadi lebih kuat dan mengembangkan lebih cepat dari yang di kaki dan tangan.
  • Pembangunan berjalan dari atas ke bawah, dari kepala ke jari kaki. Inilah sebabnya mengapa bayi belajar untuk menahan kepala mereka sebelum mereka belajar cara merangkak.

Mungkin ini tidak dikatakan sempurna tapi kami sekelompok berusaha untuk mencapai yang lebih baik.
^^
Terima kasih…
Sumber Oleh :
Cahyani Ani. Mubin, Psikologi perkembangan; cet I (Quantum Teaching, Ciputat Press Group, 2006).
Hurlock B Elizabeth, Developmental Psikologi; Mc Grow Hill, Inc, 1980, Alih Bahasa, Istiwidayanti dan suedjarwo, Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, tt.
LN Yusuf Syamsu; Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurihsan Juntika, 2007, Buku Materi Pokok Perkembangan Peserta didik , Bandung; Sekolah Pasca Sarjana (UPI)
Santrock, John W, Life-Span Development, WM, C Brown Comunication, Inc, 1995, Alih bahasa Achmad Chusairi, S.PSI, Perkembangan Masa Hidup Jilid I, Jakarta, Erlangga, 2002.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan; (PT Raja Grafindo, : 2004).