Sabtu, 30 Juni 2012

Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan

Berbicara tentangt pendidikan kita semua pasti sudah tahu bahwa betapa pentingnya pendidikan tersebut. Pendidikan, kemampuan, pengetahuan merupakan salah satu modal yang kita miliki untuk hidup di zaman yang serba sulit ini. Mengapa dikatakan demikian?
Kita tentu sudah bisa menjawabnya, apa hal pertama yang dilihat bila kita ingin mengajukan surat lamaran perkerjaan? Apa yang kita butuhkan ketika ingin memulai suatu bisnis atau usaha?
Tentu saja pendidikan, kemampuan, wawasan dan pengetahuanlah yang kita butuhkan. Di dalam bangku pendidikan banyak sekali hal yang kita dapatkan.Tetapi entah mengapa banyak sekali warga di Indonesia ini yang tidak mengenyam bangku pendidikan sebagaimana mestinya, khususnya di daerah-daerah terpencil di sekitar wilayah Indonesia ini. Sepertinya kesadaran mereka tetang pentingnya pendidikan perlu ditingkatkan.
Sebagaimana yang diungkapkan Daoed Joesoef tentang pentingnya pendidikan : “Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia” Dan tentulah dari pernyataan tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan.
 Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.
Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maka tentunya peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Kita ambil contoh Amerika, mereka takkan bisa jadi seperti sekarang ini apabila –maaf– pendidikan mereka setarap dengan kita. Lalu bagaimana dengan Jepang? si ahli Teknologi itu? Jepang sangat menghargai Pendidikan, mereka rela mengeluarkan dana yang sangat besar hanya untuk pendidikan bukan untuk kampanye atau hal lain tentang kedudukan seperti yang–maaf– Indonesia lakukan. Tak ubahnya negara lain, seperti Malaysia dan Singapura yang menjadi negara tetangga kita.

Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan

Mungkin sedikit demi sedikit Indonesia juga sadar akan pentingnya pendidikan. Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada tanggal 2 Mei menitikberatkan atau mengambil tema pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa dan seperti yang diberitakan bahwa Kementrian Pendidikan Nasional telah menyediakan infrastruktur terkait akses informasi bekerja sama dengan MNC Group, melalui TV berbayarnya, Indovision menyiarkan siaran televisi untuk pendidikan.Dan juga penyediaan taman bacaan di pusat perbelanjaan. Namun apakah pendidikan karakter ini bisa mengubah masalah-masalah yang sering kita hadapi dalam dunia pendidikan?
Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat.


Read more: PENDIDIKAN >> Pentingnya Pendidikan Bagi Kehidupan | belajarpsikologi.com

Senin, 18 Juni 2012

PENDIDIKAN KARAKTER

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan kurikulum (KTSP), dan implementasi pembelajaran dan penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter peserta didik .
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan  karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta.  Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:
  1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
  2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
  3. Menunjukkan sikap percaya diri;
  4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
  5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
  6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
  7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
  8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
  9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
  10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
  11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
  12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
  13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
  14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
  15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
  16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
  17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
  18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
  19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
  20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
  21. Memiliki jiwa kewirausahaan.
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan  karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.


Sumber:  Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama .  Jakarta

PERAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MELENGKAPI KEPRIBADIAN

Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian ada 4 macam. Ada banyak teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna,  tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia.

Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda.  Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi.  Mudah ya, penjelasan ini.
Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).

Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.
Banyak saya perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda.
Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.
Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki KONTROL PENUH atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi Anda.




sumber http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-kepribadian

Rabu, 13 Juni 2012

Pengaruh Motivasi pada Prestasi Anak

Setiap anak berbakat! Itulah yang senantiasa harus diingat oleh para orangtua. Jangan dulu risau bila anak kita tidak dapat bernyanyi, tapi lihat ternyata dia sangat luwes menarikan satu tarian. Atau ah, saya malu karena anak saya tak bisa bermain bola sebagus teman-temannya, coba tengok di lapangan bulutangkis, anak kitalah sang juara. Sedih, karena nilai matematika anak kita, tidak segemilang teman sekelasnya? Apakah Anda tidak melihat bahwa nilai bahasa Inggrisnya selalu terbaik di kelas? Anak-anak kita, sebenarnya masing-masing telah dianugerahi bakat oleh sang pencipta, namun bakat yang dimiliki oleh anak tentunya berlainan, satu dengan yang lainnya. Nah, tugas kitalah sebagai orang tua, yang harus pandai-pandai membaca minat dan bakat anak kita, dan mengarahkannya agar tidak ‘salah jalur’.
Tugas orangtua adalah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi pada anak, agar dapat mengoptimalkan diri sesuai bakatnya, dan tentunya dapat meraih prestasi yang maksimal. Jadi, antara motivasi dan prestasi, tentu saja memiliki keterkaitan yang sangat erat. Hubungan antara keduanya adalah berbanding lurus,  dimana motivasi baik dan maksimal menghasilkan prestasi yang cemerlang, dan juga sebaliknya, tanpa motivasi maka prestasi yang diharapkanpun urung terjadi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Motivasi, berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Dalam hal ini, dorongan (dukungan) dari orang tua kepada anaknya, agar anak memiliki keinginan penuh untuk dapat bertindak sesuai dengan bakatnya, mencapai tujuan terbaik.
Seorang anak yang mendapatkan dukungan penuh dari orang tua, atau katakanlah tercukupi kebutuhan motivasi bagi dirinya, memiliki kecenderungan sikap, sebagai berikut;
Percaya Diri
Motivasi dari orang tua menjadikan kepercayaan diri anak meningkat karena anak merasa dihargai dan menerima limpahan kasih sayang yang meneduhkan dari orang tua dan merasa tenang bahwa orang tua selalu ada disamping mereka. Seorang anak yang memiliki kepercayaan diri, maka dapat menguasai dirinya dengan baik. Mampu menunjukkan kemampuannya tanpa rasa minder. Yakin pada diri sendiri dan berupaya yang terbaik bagi dirinya tanpa mengikuti atau bahkan meniru orang lain. Percaya diri menjadikan seorang anak ‘bangga’ pada dirinya dan memiliki penghargaan pada diri dengan baik, tidak mudah menyerah.
Bertanggung Jawab
Anak yang mendapatkan motivasi baik dari orangtuanya, maka akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Kenapa? Karena motivasi menjadikan sang anak bersungguh-sungguh menjalankan perannya, mengejar harapan dan prestasinya, berharap untuk tidak mengecewakan orang tua dan mereka yang menyayanginya (memberi motivasi). Motivasi memberikan kesadaran dan menjadikan anak fokus pada tujuannya, dan pantang mundur sebelum mencapai hasil.
Berani Mengambil Resiko
Berani mengambil resiko adalah tidak gentar pada kompetisi, walaupun hasil yang didapat nantinya adalah suatu kekalahan. Karena motivasi dari orang tua, menjadikan sang anak menjadi pribadi yang kuat, dimana kalah atau menang bukanlah tujuan akhir yang mutlak, tapi perjalanan mencapainya yang harus dimaknai dengan perjuangan. Anak yang termotivasi dengan baik, akan mengoptimalkan seluruh kemampuan yang dimiliki dan berani ber’tanding’ dalam satu kompetisi yang sulit sekalipun.
Semangat
Motivasi, adalah dukungan yang menyemangati, tentu saja! Semangat itu akan tumbuh dalam diri anak-anak kita yang mendapat motivasi penuh. Tidak mudah menyerah, lesu dan pasrah pada keadaan. Senantiasa ceria, bergembira dan berfikiran positif dan akhirnya prestasi mampu diraih dengan baik.


sumber: http://carapedia.com/pengaruh_motivasi_pada_prestasi_anak_info2553.html

Sabtu, 09 Juni 2012

ANDRAGOGI

ANDRAGOGI

Andragogi, yaitu proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Semula cara mendidik orang dewasa disamakan dengan cara mendidik anak-anak di bangku pendidikan formal (pedagogi). Akan tetapi, terdapat perbedaan penting antara orang dewasa dan anak-anak, sehingga andragodi terpisah menjadi ilmu sendiri. Istilah andragogi ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, di tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles [wikipedia.com].
Meskipun variatif dan cara mengekspresikan emosinya berbeda-beda, kelemahan orang dewasa adalah mudah tersinggung. Sangat penting untuk menjadikan orang dewasa jangan tersinggung dengan menghindari perilaku merendahkan, mengecewakan dan mempermalukan. Orang dewasa justru akan senang bila dimotivasi dan dibuat senang. Sikap menghargai ini, akan memudahkan masuknya pesan yang ingin disampaikan.
Orang dewasa tidak menyukai hal-hal teoritis dan cenderung menyukai sesuatu yang praktis sesuai peran sosialnya (pekerjaan, tanggung jawab, kebutuhan). Andragogi biasanya dimanfaatkan oleh profesi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti penyuluh, fasilitator, motivator, politikus dan profesi lain.
Dalam Andragogi inilah, kita kenal istilah-istilah Enjoy Learning, Workshop, Pelatihan Outbond,dll, dan dari konsep Pendidikan Andragogy inilah kemudian muncul konsep-konsep Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan Anarkisme pendidikan. Liberalisme pendidikan bertujuan jangka panjang untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara menghadapi  persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. 
Liberasionisme pendidikan adalah sebuah sudut pandang yang menganggap bahwa kita musti segera melakukan perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik (dan pendidikan) yang ada sekarang, sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin. Bagi pendidik liberasionis, sekolah bersifat obyektif namun tidak sentral dan sekolah bukan hanya mengajarkan pada siswa bagaimana berpikir yang efektif secara rasional dan ilmiah, melainkan juga mengajak siswa untuk memahami kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam pemecahan-pemecahan masalah secara intelek yang paling meyakinkan. Dengan kata lain, liberasionisme pendidikan dilandasi oleh sebuah sistem kebenaran yang terbuka. Secara moral, sekolah berkewajiban mengenalkan dan mempromosikan program-program sosial konstruktif dan bukan hanya melatih pikiran siswa. Sekolahpun harus memajukan pola tindakan yang paling meyakinkan yang didukung oleh sebuah analisis obyektif berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Aristoteles tentang prinsip pendidikan yaitu sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari ‘yang obyektif’, melalui pengamatan atas kenyataan. Anarkisme pendidikan pada umumnya menerima sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan beranggapan bahwa harus meminimalkan dan atau menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa musti dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga. Menurut anarkisme pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan untuk mempercepat perombakan humanistik berskala besar yang mendesak ke dalam masyarakat, dengan cara menghapuskan sistem persekolahan sekalian.
 
 
sumber: www.oocities.org
 
 
.

Kamis, 07 Juni 2012

20 NEEDS MURRAYS


MURRAY’S NEEDS
1. Abasement
Menerima dorongan dari luar dengan pasif. Mengalami luka fisik, tuduhan orang lain, kritik, dan hukuman. Untuk menyerahkan diri. Untun menjadi pasrah pada takdir. Mengakui ketidakmampuan, kesalahan, dan kekeliruan. Berani mengaku dan bertobat. Menyalahkan dan menyakiti diri sendiri. Mencari dan menikmati kesakitan, hukuman, atau ketidakberuntungan.

2. Achievement
Bisa mencapai sesuatu yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengatur objek fisik, orang lain, atau ide yang dimiliki. Dapat melakukan sesuatu dengan cepat dan mandiri. Dapat mengatasi hambatan dan menetapkan standar yang tinggi. Berani berkompetisi dengan orang lain. Bisa meningkatkan kepercayaan diri dengan bakat dan kemampuan.

3. Affiliation
Menikmati kerjasama dan hubungan timbal balik serta persekutuan dengan orang lain (yang mempunyai kemiripan). Untuk membuat orang lain senang dan memenangkan perhatian dari orang lain. Menjadi teman yang setia dan loyal.

4. Aggression
Mengatasi perlawanan yang datang dengan kuat, dan mampu bertarung atasnya. Membalas atas kesakitan yang didapatkan, menyerang, melukai, atau membunuh orang lain. Berani menghukum orang lain atas apa yang telah disebabkan pada diri sendiri.

5. Autonomy
Menjadi bebas, tidak terkekang dan tidak terkurung. Mampu menolak paksaan dan melawan batas yang diberikan. Menghindari atau tidak terlibat dengan aktivitas yang diharuskan orang lain. Mamdiri dan bebas untuk bertindak sesuai keinginan. Menjadi orang yang tidak terbebani oleh tanggung jawab. Menentang adat yang ada di lingkungan.

6. Counteraction
Menguasai atau memperbaiki kesalahan dengan berusaha ilang. Menghapuskan rasa malu dengan memulai lagi hal tersebut. Mengatasi kelemahan, menekan rasa takut. Menghapuskan ketidakhormatan dengan aksi. Mengatasi segala hambatan dan rintangan dan mempertahankan harga diri yang tinggi.

7.Defendence
Bertahan melawan penyerangan, kritikan, dan penyalahan. Menyembunyikan perilaku yang tidak baik, kegagalan, atau permaluan.


8.Deference
Mengagumi dan mendukung penguasa. Memuji, menghormati, dan memuliakannya. Menuruti apa yang didorong oleh orang lain yang dihormati. Mencoba meniru apa yang dilakukan role model.

9.Dominance
Mengontrol sebuah lingkungan. Mempengaruhi dan memerintahkan perilaku yang harus dimiliki orang lain dengan sugesti, rayuan, atau perintah. Mengendalikan dan melarang orang lain.

10. Exhibition
Memuat orang lain tertarik, rasa ingin didengar dan dilihat. Untuk menghibur, mengejutkan, mempesona, memikat, membangkitkan minat, dan menjadi menakjubkan bagi orang lain.

11. Harmavoidance
Menghindari rasa sakit, luka secara fisik, sakit, dan kematian. Dapat keluar dari situasi yang berbahaya. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan sebelum hal yang buruk terjadi.

12. Infaavoidance
Menghindari penghinaan, dapat keluar dari situasi yang memalukan atau keluar dari kondisi yang dapat menyebabkan akan terjadinya rasa diremehkan: ejekan, cemoohan, atau dibanding-bandingkan dengan orang lain.

13. Nurturance
Memberi simpati dan kepuasaan pada objek yang tidak berdaya, misalnya, anak bayi atau objek lain yang lemah, kekurangan, kelelahan, tidak berpengalaman, telah dipermalukan, kesepian, ditolak, sakit, atau kebingungan. Dapat membantu, memberi dukungan, memberi perlindungan, menyembuhkan, dan mengasuh.

14. Order
Mengatur hal-hal agar menjadi tersusun dengan baik. Dapat membersihkan, menyusun, mengatur, menyeimbangkan, merapikan, dan melakuka segala hal dengan cermat dan teliti.

15. Play
Bertingkah laku demi kesenangan tanpa tujuan lebih jauh. Tertawa dan membuat lelucon demi kesenangan. Mencari kesenangan untuk melepaskan rasa stres. Berpartisipasi dalam permainan, olahraga, bermain kartu, dan minum bersama.




16. Rejection
Memisahkan diri sendiri dari objek yang dinilai negatif. Untuk berhenti bergabung, meninggalkan, atau bersikap menjauh dari objek yang tidak disukai. Memutuskan hubungan dengan orang lain.

17. Sentience
Mencari dan menikmati kesan yang menyenangkan.

18. Sex
Memiliki hubungan yang dalam dan bersifat erotik. Bersama mencapai kepuasan seksual.

19. Succorance
Selalu diberikan perhatian dan simpati dari orang lain. Diasuh, dijaga, dikelilingi, dicintai, diberi nasehat, dilindungi, dibimbing, dimaafkan, dan dituruti kehendaknya. Selalu mempunyai orang yang mendukung.

20. Understanding
Menanyakan atau menjawab pertanyaan umum. Berspekulasi, berpendapat, menganalisa, dan menyimpulkan suatu hal.

Sumber                                :
(Hall & Lindzey, hal. 173-174):

Rabu, 06 Juni 2012

TUGAS PROYEK MINI PENDIDIKAN


Mini Proyek Pendidikan 
Mengenai Dinamika Pengajaran Guru Profesional 

Oleh :
Winda Rizka    11-011

PERENCANAAN
Judul : Dinamika Belajar Pada Guru Profesional

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Alasan kami memilih ini karena kami menyadari bahwa pendidikan pra sekolah merupakan jenjang pendidikan yang sangat penting pada masa-masa awal kehidupan seseorangSelama ini proses pembelajaran kurang mendapat perhatian dari orang tua dan pemerintah. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali guru itu sendiri.Kebanyakan pengawas dari dinas pendidikan belum berfungsi sebagai supervisor pembelajaran di kelas. Ketika datang di sekolah, pengawas memeriksa kelengkapan administrasi guru berupa dokumen renpel (rencana pelajaran). Pengawas sangat jarang masuk kelas melakukan observasi terhadap pembelajaran dan menjadi nara sumber pembelajaran bagi guru di sekolah. Begitu juga kepala sekolah. Kepala sekolah umumnya lebih mementingkan dokumen administrasi guru, seperti renpel dari pada masuk kelas melakukan observasi dan supervisi terhadap pembelajaran oleh seorang guru. Akibatnya guru tidak tertantang melakukan persiapan mengajar dengan baik, memikirkan metoda mengajar yang bervariasi, mempersiapkan bahan untuk percobaan IPA di laboratorium.
Umumnya pembelajaran dilakukan dalam bentuk satu arah. Guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya hanya mentransfer pengetahuan yang dimiliki dengan target tersampaikannya topik-topik yang tertulis dalam dokumen kurikulum. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir. Akibatnya siswa tidak menyenangi pelajaran.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru perlu melakukan lesson study, sehingga guru dapat melakukan review terhadap kinerjanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerjanya. Dengan melaksanakan Lesson study, wawasan guru akan berkembang dan termotivasi untuk selalu berinovasi yang selanjutnya akan menjadi guru yang profesional.
Bagaimana suatu dinamika belajar seorang guru yangg profesional ? Pertanyaan in muncul seiring dengan hasil pengamatan dari kelompok ini , atau yang menyangkut dengan Psikologi pendidikan. Bagi seorang seorang guru yang profesional pasti memilki suatu dinamika belajar yang sama namun proses di lapangan yang berbeda sangat berbea pada endidikan di TK (Taman kanak), SD (sekolah dasar), SMP (sekolah mengengah pertama), SMA (sekolah menengan akhir), perguruan tinggi, maupun yng diluar Sekolah misalnya Guru Privat dan , Guru bimbimbingan belajar.
Dengan demikian, kita dapat membedakan antara dinamika belajar guru yang Profesional.
B.     Rumusan Masalah
1)      Bagaimana Dinamika belajar Guru Profesional ?

Landasan Teori
Setiap kegiatan pastilah ada tujuan tertentu yang ingin dicapai, demikian juga yang dilakukan kelompok ini dalam menyelesaikan Tugas Proyek Psikologi pendidikan Adapun tujuan penulisan Menjelaskan dinamika Mengajar Pada guru yang profesional . pengajaran adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme. Jung , (1968) mendefinisikan bahwa pengajaran adalah suatu proses dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman. Ngalim Purwanto : mengemukakan pengajaran adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila setelah pengajaran peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna. Pada dasarnya prinsip pengajaran lebih dititikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran baik dijenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) maupun Tingkat Perguruan Tinggi. Seorang pakar psikologi membagi konsepmengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
1)      Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of
knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai
pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya.
Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
2)      Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of
teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini
guru dituntut untuk selalu siapmengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa
yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat , kemampuan dan
kebutuhannya.
3)      Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of
learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan
pemahamannya sendiri. Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam
melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai.



Alat Dan Bahan :
1.      Kamera
2.      Alat perekam suara
3.      Alat Tulis
4.      Laptop  

Analisis Data :
Data Diporoleh dari 8 (delapan) guru profesional yang mengajar dari SD(sekolah dasar), Guru TK, Guru Privat, dsb sehingga kedelapan guru yang profesional kami wawancarai kami mendapat suatu analisis data yang dapat menyellsaikan tugas mini proyek psikologi pendidikan . namun ini kurang dikatakan sempurna.

Penjelasan Objek Atau Subjek :
Semua ini memiliki tujuan yang sangat efisien agar  terutama berfokus pada proses, dimana informasi, ketrampilan, nilai dan sikap diteruskan dari guru ke siswa di dalam kelas. Membantu siswa dengan menerapkan pengertian metode psikologi untuk menyelesaikan masalah dalam situasi belajar dan mengajar. Bagaimana cara para guru profesional untuk mengajar para siswa kita harus mengetahui apa pengertian yang diajarkan oleh guru profesional ialah :
Mengajar adalah: sebagai sistem kegiatan yang diharapkan merangsang belajar.
Belajar adalah: suatu proses yang menghasilkan suatu aktivitas baru atau mengubah suatu aktivitas dengan latihan-latihan dan pengalaman-pengalaman di sekolah, laboratorium atau di alam terbuka. Yang harus dimilki para guru profesioanla ialah Pengetahuan dan keahlian profesional adalah sebagai berikut :
a.       Penguasaan materi pelajaran
b.      Strategi pengajaran
c.       Penetapan tujuan dan keahlian perencaan instruksional
d.      Keahlian menejemen kelas
e.       Keahlian motivasional
f.       Keahlian komunikasi
g.      Bekerja secara efektif dengan murid
h.      Keahlian teknologi

Kami memperoleh Data tersebut dari Delapan Guru :
1)      Siti Guru TK di Madrasah Babul ilmi di daerah medan perjuangan no 23b.
2)      Ade lili maharani nasution S.Psi Guru BK di Man Medan
3)      Suhut aspama simbolon S.Pd  Guru Bahasa indonesia di Sma Methodist 8
4)      Jamudin Pasaribu S.pd Guru seni musik di Sma Methodist 1 Medan
5)      Erlinda sari S.Pd  Guru di SD delima makmur, kec Danau Baris, Aceh Singkil
6)      Sri Wulandari S.Pd Guru TK di Taman kanak kanak Ubudiyah, daerah Jln permai Gg perkutut Medan
7)      Syamsidar S.Pd Guru Tk di Taman kanak kanak Ubudiyah, daerah Jln permai Gg perkutut Medan
8)      Ramlan S.Pd  Guru Tk di Taman kanak kanak Ubudiyah, daerah Jln permai Gg perkutut Medan
9)      Zainuddin S.Pd Guru TK di Taman kanak kanak Aisyiah, Daerah Jln Lorong karto Medan perjuangan Medan
10)  Iskandar S.pd Guru olahraga di Madrasah tsanawiyah Daerah Rantau Prapat jln kampung baru
11)  Margareth Surbakti S.Pd Guru Biologi di SMA Methodist 8 Medan
12)  Risma E.M.S, S.Pd guru Bahasa perancis di SMA methodist 8 Medan
13)  Parsaoran Pasaribu S.Pd Guru Penjaskes di SMA methodist 8 Medan
14)  Nurbaity Aly S.Pd Dosen Di Kampus LP3I Medan
15)  Supriatin S.Pd guru bahasa indonesia di sekolah nur ibrahim daerah rantau prapat di jln simpang mangga bawah rantau prapat .

Jadwal Pelaksanaan

No
Nama
Hari Dan tanggal
Jadwal pelaksanaan
1.
Siti rodiatullah spd
Selasa 2 mei 2012
Jam 13.00 wib
2.
Ade lili maharani nasution S.Psi
Rabu 3 mei 2012
Jam 13.00 wib
3.
Suhut aspama simbolon
Rabu 3 mei 2012
Jam 14.00 wib
4.
Jamudin Pasaribu, S.pd
Rabu 3mei 2012
Jam 15.00 wib
5.
Erlinda Sari, S.pd
Kamis 4mei 2012
Jam 13.00 wib
6.
Sri wulandari S.pd
Selasa 8 mei 2012
Jam 08.00 wib
7.
Syamsidar S.Pd
Selasa 8 mei 2012
Jam 08.00 wib
8.
Ramlan S.pd
Selasa 8 mei 2012
Jam 08.00 wib
9.
Zainuddin S.Pd
Selasa 8 mei 2012
Jam 09.00 wib
10.
Iskandar S.pd
Selasa 8 mei 2012
Jam 13.00 wib
11.
Margareth Surbakti S.Pd
Jumat 11 mei 2012
Jam 13.00 wib
12.
Risma E.M.S S.Pd
Jumat 11 mei 2012
Jam 13.00 wib
13.
Parsaoran Pasaribu S.Pd
Jumat 11 mei 2012
Jam 13.00 wib
14.
Nurbaity Aly S.Pd
Jumat 11 mei 2012
Jam 15.00 wib
15.
Supriatin S.pd
Sabtu 19 mei 2012
Jam 13.00 wib

Kalkulasi Biaya :
1.      Snack kepada subjek :  Rp. 120.000
2.      Foto Copy soal wawancara : Rp. 500
3.      Biaya tidak terduga : Rp. 100.000

PELAKSANAAN
Lesson study dan perencanaan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dari hasil identifikasi tersebut didiskusikan (dalam kelompok lesson study)
tentang pemilihan materi pembelajaran, pemilihan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat diskusi, akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang akan diterapkan. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran yang memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life skill, Realistic Mathematics Education, pemutakhiran materi ajar, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-indikatornya, terutama dilihat dari segi tingkah laku siswa. Aspek-aspek proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas :
                         I.            Rencana Pembelajaran (RP)
                      II.            Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide)
                   III.            Lembar Kerja Siswa (LKS)
                   IV.            Media atau alat peraga pembelajaran
                      V.            Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
                   VI.            Lembar observasi pembelajaran.
                                               
Penyusunan perangkat pembelajaran ini dapat dilakukan oleh seorang guru atau beberapa orang guru atas dasar kesepakatan tentang aspek-aspek pembelajaran yang direncanakan sebagai hasil dari diskusi. Hasil penyusunan perangkat pembelajaran tersebut perlu dikonsultasikan dengan dosen atau guru yang dipandang pakar dalam kelompoknya untuk disempurnakan.
Perencanaan itu dapat juga diatur sebaliknya, yaitu seorang atau beberapa orang guru yang ditunjuk dalam kelompok mengidentifikasi permasalahan dan membuat perencanaan pemecahannya yang berupa perangkat-perangkat pembelajaran untuk suatu pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam kelompok. Selanjutnya, hasil identifikasi masalah dan perangkat pembelajaran tersebut didiskusikan untuk disempurnakan.



PERTANYAAN WAWANCARA
1.      Siapakah nama Anda?
2.      Berapa usia Anda?
3.      Apa jenjang pendidikan Anda sekarang?
4.      Apa pekerjaan Anda?
5.      Apa pelajaran yang Anda ajarkan?
6.      Siswa/i kelas berapakah yang Anda ajar?
7.      Apakah alasan Anda menjadi guru pengajar disekolah ?
8.      Darimanakah Anda memperoleh pekerjaan sebagai guru pengajar di sekolha dan di kampus?
9.      Berapa lama Anda telah menjadi guru pengajar di sekolah atau di kampus?
10.  Adakah kendala yang Anda hadapi dalam mengajar? Jika ada, apakah kendala tersebut?
11.  Bagaimana cara Anda mengatasi hal tersebut?
12.  Apakah Anda menguasai materi pelajaran yang Anda ajarkan?
13.  Strategi pengajaran apakah yang Anda terapkan selama ini?
14.  Apakah Anda mempunyai target prestasi pada siswa/i atau mahasiswa/i yang Anda ajar?
15.  Apakah di akhir pelajaran siswa/i Anda aktif bertanya? Jika tidak, bagaimana cara Anda membuat siswa/i dan mahasiswa/i Anda menjadi aktif bertanya?
16.  Apakah Anda suka memotivasi siswa/i dan mahasiswa/i? Bagaimana cara Anda memotivasi mereka?
17.  Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi?
18.  Apakah budaya mempengaruhi cara Anda berkomunikasi dengan siswa/i dan mahasiswa/i yang Anda ajar? Jika ya, apakah hal tersebut mengganggu mereka? Bagaimana cara Anda mengatasinya?
19.  Apakah Anda menggunakan alat bantu teknologi untuk mendukung materi yang Anda ajarkan?
20.  Apakah Anda memiliki komitmen terhadap pekerjaan Anda sebagai guru pengajar disekolah atau di kampus?
21.  Apakah pekerjaan Anda ini mengganggu kegiatan Anda yang lain?
22.  Apakah pekerjaan terasa menjadi beban buat anda ?

Berikut beberapa tambahan dari pelakasanaan di sekolah yang kami observasi :
1.      Pada guru pertama kami datang ke sekolah taman kanak kanak madrasah babul ilmi dengan mewawancarai salah satu guru dari sekolah tersebut dan menanyakan hal hal yang bersangkutan dengan tugas ini.
2.      Pada guru kedua yang kami jumpai sedikit lebih sulit dan banyak menghadapi hambatan . hambatan disini maksudnya ialah si guru profesional lebih sering keluar jadi untuk menjumpai guru profesional tersebut harus memilki janji dengan guru tersebut agar dapat wawanacara guru tersebut.
3.      Pada guru Ketiga yang kami jumpai sangat baik dan memiliki keramahan yang baik pula beliau sangat baik ingin memberikan informasi karena kebetulan masih bersaudara dengan salah satu teman sekelompok kami
4.      Pada guru keempat tidak jauh berbeda dengan Guru profesional ketiga yang kami jumpai.
5.      Pada guru kelima ini kami mewawancarai beliau melalui telepon seluler karena beliau bertugas menjadi guru profesional cukup jauh di dari daerah kota medan. 
6.      Guru yang sangat baik kepada murid muridnya dan memberikian wawancara yang sanagt baik pula kepada kelompok kami.
7.      Pada guru yang ketujuh yang kami temui sangat lah baik kepada dan ramah pula kepada kami .
8.      Pada guru ke delapan juga tidak jauh berbeda dengan guru yang sebelumnya juga sanagt ramah dan baik dan menerima kami .
9.      Pada Guru ke 9, 10, 11 dalam satu tempat yang sama dan tidak terlalu susah menemui guru tersebut dan sangat baik pula dapat menerima kami dengan baik.
10.  Pada dosen ke 12 yang kami temui sangat baik dan sangat ramah pula.
11.  Proses yang saya proleh dari guru ke 15 ini lebih gampang dari yang sebelumnya karena menemui guru profesional ini tidakterlalu rumit atau sulit untuk di temui
PELAPORAN DAN EVALUASI 
1.     Laporan yang kelompok kami peroleh dari guru taman kanak kanak wawancara kepada guru profesional yaitu dinamika mengajar ialah sebagai berikut :
o   Ucapkan salam sesuai kepercayaan agama masing masing murid
o   Sebelum  pelajaran yang ingin dipelajari hari ini hendaknya mengulang sedikit pelajaran yang kemarin dilaksanakan
o   Memberikan materi baru
o   Menjelaskan pelajaran
o   Memberikan contoh dari pelajaran tersebut
o   Tanya jawab kepada anak murid apakah murid mengerti
o   Kesimpulan dari pelajaran yang di pelajari
o   Memberikan latihan namun dapat bisa dilakukan latihan dan bisa juga tidak dilakukan latihan
o   Akhiri kelas dengan cara berdoa dahulu
o   Penutup
2.      Laporan yang kami peroleh dari guru Bk di suatu sekolah MAN di daerah kota medan laporan yang kami peroleh  ialah yang paling ditekankan dalam dinamika pengajaran seorang guru BK ialah :
o   Pendidikan karakter media pembelajaran non informal di dpat dari lingkungan
o   Lalu diangkat menjadi tema pembelajaran, misalkan lingkungan seseorang yang sangat sering merokok bagaimana kita memberikan penyuluhan terhadap murid yang berada dilingkungan tersebut agar tidak terikut dengan lingkungan disekitarnya
o   Media pembelajaran yang formal harus disampaikan kepada anak , misalkan psikologi Remaja agar lebih masuk kedalam pikiran anak dan anak dapat mengerti dengan jelas
o   Menjadi pribadi yang menyenangkan
o   Bergabung dengan dunia anak agar lebih bisa mengatur semua yang dilakukan oleh anak murid
3.      Laporan yang kami peroleh dari guru Profesional sebagai guru Bahasa Indonesia di suatu sekolah Sma Methodist 8 medan yang kami peroleh ialah cara dinamika pengajaran yang dilakukan oleh beliau :
o   Ceramah
o   Latihan Dan Tugas
o   Kuis
o   Persentasi
4.     Laporan yang kami peroleh dari seorang guru Profesioanl di sebuah sekolah SMA Methodist 1 Medan ialah bagaimana dinamika pengajaran yang dilakukan oleh Guru profesional tersebut ialah :
o   Ceramah
o   Latihan Dan Tugas
o   Praktek
5.     Laporan yang kami peroleh Dari seorang guru Profesional beliau seorang guru SD di Daerah Aceh singkil Kami mewawancarai bagaimana Dinamika Pengajaran yang dilakukan oleh beliau selama pengajaran berlangsung ialah
o   Menerangkan Sesuai dengan pokok bahasannya
o   Bisa dengan menggunakan Alat peraga atau berupa gambar
o   Dan bisa pula dengan menggunakn media pembelajaran. Misalnya :
·        Melalui Televisi
·        Surat kabar
·        Internet
·        Alat komunikasi lainnya
6.     Laporan yang kami peroleh dari seorang guru profesional beliau seorang guru TK di TK Ubudiyah di kota medan kami mewawancarai bagaimana dinamika pengajaran oleh guru tersebut :
o   Berdoa sebelum memulai pengajaran menurut kepercayaan masing masing
o   Menerangkan hal apa saja yang ditanyakan oleh murid
o   Memberikan materi sesuai pokok pembahasannya
o   Setelah selesai menerangkan pelajaran dengan cara bernyanyi agar si anak dapat lebih mengerti dan paham pada pelajaran yang di ajarkan oleh guru
7.     Laporan yang kami peroleh dari seorang guru profesional beliau seorang guru TK di TK Ubudiyah di kota medan kami mewawancarai bagaimana dinamika pengajaran oleh guru tersebut :
o   Memulai pelajaran dengan berdoa terlebih dahulu
o   Membuka kembali yang di pelajari sebelumnya
o   Menjelaskan
o   Memberikan contoh dari pelajaran
o   Memberikan tugas namun bisa dilakukan bisa juga tidak
8.     Laporan yang kami peroleh dari seorang guru profesional beliau seorang guru TK di TK Ubudiyah di kota medan kami mewawancarai bagaimana dinamika pengajaran oleh guru tersebut :
o   Berdoa
o   Mengulang kembali pelajaran sebelumnya
o   Menjelaskan
o   Memberikan contoh dari pelajaran
o   Memberikan tugas namun bisa ada tugas dan bisa juga tidak
9.     Laporan yang kami terima dari seorang guru profersional beliau seorang guru di TK Aishiyah di daerah kota medan. Hasil dari wawancara kami ialah sebagai berikut :
o   Lebih fokus kepada ajaran agama
o   Yang dipelajari lebih banyak ke bidang agama
o   Lalu memberikan Gambaran atau contoh
10.  Laporan yang kami terima dari seorang guru olahraga di MTS di daerah Rantau Prapat . hasil dari wawan cara yang dapat kami peroleh :
o   Menjelaskan pokok bahasan
o   Langsung turun kelapangan
o   Memberikan praktek kepada siswa
o   Harus dapat menguasai teknhik yang di berikan.
11.  Laporan yang kami dapat Dari seorang guru di sekolah menengah Atas Di kota Medan tepatnya di sekolah Methodist . kami mewawancarai bagaimana dinamika pengajaran pada guru tersebut selaama berlangsungnya pengajaran didalam kelas.data yang kami peroleh ialah :
o   Ceramah
o   Tugas
o   Diskusi
12.  Laporan yang kami dapat Dari seorang guru di sekolah menengah Atas Di kota Medan tepatnya di sekolah Methodist . kami mewawancarai bagaimana dinamika pengajaran pada guru tersebut selama berlangsungnya pengajaran didalam kelas.data yang kami peroleh ialah :
o   Praktek
o   Ceramah
o   Tugas
13.  Laporan yang kami dapat Dari seorang guru di sekolah menengah Atas Di kota Medan tepatnya di sekolah Methodist . kami mewawancarai bagaimana dinamika pengajaran pada guru tersebut selama berlangsungnya pengajaran didalam kelas.data yang kami peroleh ialah :
o   Metode
o   Ceramah
o   Praktek
14.  Laporan yang kami terima dari seorang guru profersional beliau seorang dosen pengampu di kampus LP3I di daerah kota medan. Hasil dari wawancara kami ialah sebagai berikut :
o   Pengajaran menggunakan Layar datar atau LCD dengan menggunakan power point agar pengajaran lebih efektif menurutnya dan lebih gampang dimengerti oleh mahasiswanya.
o   Dengan memakai buku panduan
o   Dan terkadang jika ada Listening maka akan menggunakan Tape .
15.  Laporan yang kami peroleh dari seorang guru di sekolah madrasah nur ibrahim di jln simpang mangga daerah rantau prapat. Adalah sebagai berikut :
o   Dengan cara menggunakan menjelaskan
o   Lalu meberikan contoh
o   Dan setelah itu wajib adanya tugas dalam setiap pertemuan misalnya : tugas kelompok, tugas individu . namun lebih kebanyakan tugas dilakukan dalam bentuk individu bermaksud agar para siswa dapat mengerti pada setiap pelajaran yang dilaksanakan.

Kami memiliki izin dari para guru profesional untuk dapat memposting cara dinamika pengajaran para guru guru profesional lakukan selama masa pengajaran yang mereka lakukan.

Desain Poster :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-Azomo4M-cXZgBjMzUCrfS0l14Ias8JHD043tzhN58qHQDpsTBPjG95QEFan06ys5wtf0aVcr_Ms93Myt0jZXxVUeLuzmpLArlp0qzShLQjcTOGY2d1uHlKXGjXvhOEcaMg8HuI81fv4/s640/poster+ok.jpg


Keterangan :

Keseluruhan jadwal pelaksanaan tidak sesuai dengan jadwal yang telah dirancang dan direncanakan sebelumnya. Rata-rata jadwal pelaksanaan dari awal hingga akhir dilaksanan dalam bulan Mei kabanyakan dilaksanakn di awal bulan mei atau pertengahan. Juga terdapat banyak perubahan dan penambahan pada konsep landasan teori yang dipakai. Serta terdapat perubahan rencana dalam pelaksanaan misalnya : pembuatan suatu konsep yang belum terlihat bentuk konsepnya namun akhirnya dapat kelompok ini selesai sebelum waktu yang ditentukan . dan pembuatan poster pun lebih sulit dari yang kelompok kami bayangkan namun semua itu dapat terselesaikan dengan mudah karena kerjasama yang baik dari kelmpok ini dan pihak pihak yang bersangkutan kelompok cukup mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua nya yang telah membantu penyelesaian tugas mini proyek psikologi pendidikan ini .

Testimoni kelompok :

            Menurut kelompok dengan adanya tugas mini proyek psikologi pendidikan ini dapat menambah pengetahuan kita semua dengan terutama pada kelompok ini. Dengan adanya tugas mini proyek ini kami dapat mengetahui bagaimana caranya dan memahami apa saja cara atau dinamika pengajaran yang dilakukan oleh guru guru profesional.
Berbagai macam cara para guru guru tersebut cara pengajaran dan kami sudah mengerti bagaimana dan apa saja yang dialami oleh guru guru profesional selama berlansungnya pengajaran.
Kami kelompok juga sudah dapat mengerti bagaimana turun kelapangan langsung dan merasakan bagaimana sulit dan serunya di lapangan dalam dinamika pengajaran guru profesional tersebut.

Testimoni dari individu kelompok :

            Menurut Nita Permata Sari siregar (111301033)
Tugas mini proyek ini memiliki banyak manfaat dalam diri saya manfaat disini maksudnya saya lebih banyak memiliki pengetahuan dari sebelmunya dan turun ke lapangan lansung. Yang saya dulunya tidak pernah turun ke lapangan langsung dapat menambahkan pengetahuan saya.

            Menurut Winda Rizka (111301011)
Menrut saya tentang pengajaran guru profesional jaman sekarang sudah cukup baik denga cara cara mereka tersendiri tetap tergantung pada siswanya apakah mereka mengerti atau tidak dengan cara pembelajaran yang sudah dijelaskan .
           
            Menurut Mianty shanen einrose (111301084)
Sejauh ini percakapan antar kemampuan guru professional dalam mengajarsudah cukup baik. Hal ini sesuai karena guru professional adalah orang orang byang sebelumnya memang telah mendapatkan dan pelatihan khusus untuk dipersiapkan menjadi seorang guru sehingga lewat pendidikan dan pelatihan tersebut guru guru diharapkan tidak mengalami kesulitan atau hambatan dan mampu untuk mengajar . selain itu dalam mengajar guru guru tersebut menerapkan metode yang berbeda dan bervariasi bahkan terkesan kreatif dan praktis . metode metode metode seperti itu memang dirasakan sangat perlu agar siswa memahami dan tidak merasa bosan dengan pelajaran.


Daftar Pustaka
Refrensi buku Santrock, J.W. 2010. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Perkembangan Masa Hidup. Ed 5. Jakarta : Erlangga
Papalia, D.E. 2003. Child Development : A Topical Approach . New York : McGraw-Hill
Harlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed 5. Jakarta : Erlangga
Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group