Pendidikan
Seni, khususnya seni rupa hadir sebagai bagian integral dari prinsip
pendidikan. Artinya, pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum
yang mendapat kewajiban (tugas )utama melatih kepekaam rasa:
estetis(keindahan),maupun apresiasi seni, melalui pembelajatan praktek berkarya
seni rupa. Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak
yang didasari oleh pembinaan intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan
memahami objek secara komprehensifmaupun detail. Pemahaman terhadap objek
dengan kinerja belajarnya melalui pengamata, asosiasi, pemahaman bentuk
akhirnya berekspresi.
Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut. Pemahaman tentang seni adalah merupakan ekspresi pribadi dan seni adalah ekspresi keindahan.
Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut. Pemahaman tentang seni adalah merupakan ekspresi pribadi dan seni adalah ekspresi keindahan.
Seperti yang dikemukakan oleh Cut Kamaril Wardani Surono (200:3), pendidikan
seni yaitu:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan kesenian adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan. Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.
Pendapat
lain juga mengartikan pendidikan seni:
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
1. Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2. Pendidikan seni adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan, Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional; artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas; baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.
B. Tujuan diberikanya pendidikan seni di SekolahDasar diantaranya sebagai berikut:
1.Memberikan fasilitas yang
sebesar-besarnya untuk dapat mengemukakan pendapatnya
(ekspresi bebas).
2.Melatih imajinasi anak, ini merupakan
konskwensi logis darn kegiatan ekspresi; supaya bisa berekspresianak mempunyai
bayangan terlebih dahulu yaitu denganlatihan imajinasi mungkin bisa berangkat
darn pengamatan maupun hasil rekapitlasi kejadian yang telah direkam oleh otak.
3. Memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian
(kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
4. sedangkan konsekwensi lainnya sebagai prasarat adalah pembinaan sensitivitas
serta Rasa pada umumnya, hasil yang diharapkan adalah terbinanya visi artistik
dan fiksi imajinatif.
5. Pembinaan Ketrampilan; diarahkan dengan membina kemampuan praktek berkarya
seni dan kerajinan, gunanyauntuk merangka mempersiapkan kemampuan trampil dan
praktis sebagai bekal hidup di kemudian hari.
6. Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif,
keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari
berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara.
7. Siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemauan keras berkarya dan
berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada budaya
bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk
berpengetahuan, berkecakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak
mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
8. Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan
9. Seni sebagai alat pendidikan dalam arti pendidikan seni dapat dilakukan
melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui
kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak
menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan
aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina
kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat
digunakan sebagai alat pendidikan.
C. Peran
pendidikan kesenian dalam konstelasi kurikulum pendidikan adalah:
1. Seni
Sebagai Bahasa Visual
Anak pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat dengan berkarya seni. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian; tiada hari tanpa berseni. Berseni merupakan, kebutuhan anak dalam:
a) mengutarakan pendapat,
b) berkhayal-berimajinasi,
c) bermain,
d) belajare. memahami bentuk yang ada di sekitar anak,
e) merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan.
Anak pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat dengan berkarya seni. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian; tiada hari tanpa berseni. Berseni merupakan, kebutuhan anak dalam:
a) mengutarakan pendapat,
b) berkhayal-berimajinasi,
c) bermain,
d) belajare. memahami bentuk yang ada di sekitar anak,
e) merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan.
Dalam
Konteks seni berperan mengemukakan pendapat, tampak ketika anak menyanyi atau
menari ataupun menggambar bertema maupun tanpa tema. Karya seni mereka berikan
tema Sesuai dengan keinginan pada saat itu; ketika anak membayangkan nikmatnya
berada dalam ban-ban ibu, dan ibu menimangnya sambil menyanyikan lagu akan
kembali muncul dalam bentuk gambar seorang perempuan dan kain. Ungkapan itu
juga dapat berupa celotehan suaran menyanyi dan menirukan orang sedang menimang
boneka. Namun, dapat pula berupa gambar tanpa bentuk, yang dimulai dari
menggambar pesawat terbang yang indah dengan bentuknya yang khas anak, kemudia
sealng beberapa menit gam,bar tersebut dicoret sampai menutup permukaan. Gambar
pesawat yang semula sudah tidak nampak lagi. Disinilah ungkapan kesal pesawat
musuh menembak pesawat idealnya.
2.
Seni Membantu Pertumbuhan Mental
Ternyata contoh di atas merupakan perkembangan symbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak pertumbuhan badan (biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal, oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam gambar.
Ternyata contoh di atas merupakan perkembangan symbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak pertumbuhan badan (biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal, oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam gambar.
Anak
yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan tanpa
takut mengembangkan ke dlam bentuk tugas seharihari yang rutin. Dengan demikian
proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun kiri.
Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh
anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa adalah upaya untuk
memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami lingkungan yang
berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan komunikasi secara
metaforis-simbolis. Sebab, di dalam otak terdapat beberapa pikiran yang
dikelilingi asosiasi.
Menurut Dilts (1983; dalam DePorter et al., 1999:68), gerakan mata selama belajar dan berpikir tenkat pada modatitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses uiformasi. Pada umumnya, ketika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau mengingat citra. Misalnya jika seseorang ditanya mobilnya diparkir di mana, matanva akan naik saat dia berpikir : seolah-olah mobilnya diparkir di awing-awang. Tetapi, apakah mobilnya diparkir dekat awan tebal? Tentu saja tidak. Pada halaman selanjutnya dikatakan, bahwa otak menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.
3. Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain.
Menurut Dilts (1983; dalam DePorter et al., 1999:68), gerakan mata selama belajar dan berpikir tenkat pada modatitas visual, auditonal, dan kinestetik. Dengan kata lain, mata bergerak menurut cara otak mengakses uiformasi. Pada umumnya, ketika mata bergerak naik, maka kita sedang menciptakan atau mengingat citra. Misalnya jika seseorang ditanya mobilnya diparkir di mana, matanva akan naik saat dia berpikir : seolah-olah mobilnya diparkir di awing-awang. Tetapi, apakah mobilnya diparkir dekat awan tebal? Tentu saja tidak. Pada halaman selanjutnya dikatakan, bahwa otak menyimpan dan menciptakan citra visual dan kinerja mata bergerak ke informasi yang tersimpan untuk diciptakan.
3. Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain.
Sebelum menguraikan lebih detail, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu (1)
dalam mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang
berupa: lingusitik (bahasa), matematika, visual / spasial, kinestetik / perasa,
musikal, interpersonal, intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini akan
dimunculkan oleh setiap mata pelajaran, namun demikian mempunyai karakteristik
tugas; misalnya lingusitik mengembangkan kenberanian tampil mengemukakan
pendapat. Jika seorang anak tidak berani tampil maka pengetahuannya pun relatif
tidak berkembang, maka kesemuanya harus dilatihkan aga berjalan beriringan.
terima kasih artikelnya..
BalasHapuswww.kiostiket.com